Rupiah Terpuruk Hampir 10 Persen dalam Setahun: Ancaman Bagi Perekonomian Indonesia?

By Redaksi 4 Min Read
Rupiah Terpuruk Hampir 10 Persen dalam Setahun: Ancaman Bagi Perekonomian Indonesia?
Rupiah Terpuruk Hampir 10 Persen dalam Setahun: Ancaman Bagi Perekonomian Indonesia?
- Advertisement -

Ekonompedia.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah mengalami depresiasi signifikan dalam setahun terakhir, melemah hampir 10 persen per 20 Juni 2024. Pelemahan ini memicu kekhawatiran di kalangan ekonom dan masyarakat luas, terutama terkait dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.

Menurut data Bloomberg, kurs rupiah pada 19 Juni 2024 berada di level Rp16.365 per dolar AS. Angka ini menunjukkan pelemahan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ketika rupiah masih berada di level Rp14.995 per dolar AS.

Depresiasi rupiah ini dipicu oleh berbagai faktor global dan domestik. Di sisi global, kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral Amerika (The Fed) melalui kenaikan suku bunga acuan secara agresif menjadi faktor utama. Hal ini bertujuan untuk memerangi inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.

Kenaikan suku bunga The Fed memicu aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menuju aset dolar AS yang dianggap lebih aman. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap dolar AS meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

- Advertisement -

Di sisi domestik, beberapa faktor turut memperparah pelemahan rupiah, seperti:

  • Defisit neraca perdagangan: Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan, di mana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap dolar AS untuk pembayaran impor meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.
  • Ketidakpastian politik: Ketidakpastian politik menjelang Pemilu 2024 juga dapat menjadi faktor yang menurunkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia dan menekan nilai tukar rupiah.

Dampak Pelemahan Rupiah

Pelemahan rupiah ini tidak dapat dipungkiri memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Berikut beberapa di antaranya:

  • Meningkatnya biaya impor: Pelemahan rupiah membuat impor barang dan jasa dari luar negeri menjadi lebih mahal. Hal ini dapat meningkatkan inflasi dan menekan daya beli masyarakat.
  • Melemahnya daya saing ekspor: Pelemahan rupiah dapat membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih murah di pasar global. Namun, hal ini dapat diimbangi dengan peningkatan keuntungan eksportir dalam bentuk rupiah.
  • Meningkatnya beban utang luar negeri: Pelemahan rupiah membuat beban utang luar negeri pemerintah dan swasta dalam bentuk dolar AS menjadi lebih besar. Hal ini dapat meningkatkan risiko gagal bayar utang.

Langkah Menangkal Dampak Negatif

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah mengambil beberapa langkah untuk menangkal dampak negatif dari pelemahan rupiah, seperti:

- Advertisement -
  • Intervensi di pasar valas: BI melakukan intervensi di pasar valas dengan membeli rupiah dan menjual dolar AS untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
  • Menaikkan suku bunga acuan: BI menaikkan suku bunga acuan untuk menarik kembali aliran modal masuk dan mendorong ekspor.
  • Meningkatkan ekspor non-migas: Pemerintah mendorong peningkatan ekspor produk non-migas untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas yang rentan terhadap fluktuasi harga.

Kesimpulan

Pelemahan rupiah merupakan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Namun, dengan berbagai langkah yang diambil oleh pemerintah dan BI, diharapkan dampak negatifnya dapat diminimalisir.

Penting bagi masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi situasi ini. Masyarakat juga dapat membantu dengan menggunakan produk-produk dalam negeri dan membatasi konsumsi barang impor.

- Advertisement -

Dengan kerjasama dan upaya bersama, diharapkan nilai tukar rupiah dapat kembali menguat dan stabil dalam jangka panjang.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article