Ekonompedia.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada Kamis (20/6) pagi, bertengger di level Rp16.390 per dolar AS. Angka ini menunjukkan pelemahan 24 poin atau 0,15 persen dibandingkan dengan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah berbagai faktor global dan domestik. Di sisi global, kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral Amerika (The Fed) yang agresif terus menekan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Kenaikan suku bunga acuan The Fed ini bertujuan untuk memerangi inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.
Di sisi domestik, pasar masih menunggu pengumuman kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada 23 Juni 2024 mendatang. Investor berspekulasi bahwa BI akan menaikkan suku bunganya untuk merespon inflasi dan nilai tukar rupiah yang melemah.
Meskipun demikian, beberapa pengamat ekonomi optimis bahwa rupiah masih memiliki peluang untuk menguat. Hal ini didasari oleh beberapa faktor, seperti:
- Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat: Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang stabil dan inflasi masih terkendali dibandingkan dengan negara-negara lain.
- Harga komoditas yang tinggi: Harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti batu bara dan kelapa sawit, masih tinggi di pasar global. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan ekspor dan mendukung nilai tukar rupiah.
- Intervensi Bank Indonesia: BI telah menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI dapat melakukan intervensi di pasar valas untuk membeli rupiah dan menjual dolar AS jika diperlukan.
Namun, masih terdapat beberapa risiko yang dapat menekan nilai tukar rupiah, seperti:
- Ketidakpastian geopolitik: Perang di Ukraina dan ketegangan geopolitik lainnya dapat meningkatkan volatilitas pasar keuangan global dan menekan nilai tukar rupiah.
- Perlambatan ekonomi global: Perlambatan ekonomi global dapat menurunkan permintaan terhadap produk ekspor Indonesia dan menekan nilai tukar rupiah.
Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus bersinergi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain:
- Meningkatkan ekspor non-migas: Pemerintah perlu mendorong ekspor produk non-migas untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas yang rentan terhadap fluktuasi harga.
- Meningkatkan investasi: Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor asing.
- Menjaga inflasi: BI perlu terus menjaga inflasi agar tetap berada dalam sasaran.
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan nilai tukar rupiah dapat kembali menguat dan stabil dalam jangka panjang.
Perlu diingat bahwa informasi ini bukan merupakan saran investasi. Investor perlu melakukan analisis dan pertimbangan sendiri sebelum mengambil keputusan investasi.