Pulang Merantau, Pria Asal Gayam Bojonegoro Ini Bikin Panci dan Kap Lampu

By Redaksi
4 Min Read
Pulang Merantau, Pria Asal Gayam Bojonegoro Ini Bikin Panci dan Kap Lampu (Ilustrasi)
Pulang Merantau, Pria Asal Gayam Bojonegoro Ini Bikin Panci dan Kap Lampu (Ilustrasi)
- Advertisement -

Industri panci dan kap lampu di Bojonegoro masih sangat jarang ditemukan, padahal setiap rumah tangga banyak yang membutuhkan panci dan kap lampu. Realitas itulah yang menginspirasi Nandir,55, tahun, warga Kecamatan Gayam, untuk membuka usahanya.


Berbekal dari pengalaman kerja di Jakarta, Nandir,55, pulang kampung di Desa Sudu, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Dia bertekad mengaplikasikan kemampuannya membuat panci dan kap lampu ke dalam usahanya. Nandir yakin, kerajinan membuat perkakas rumah tangga yang dimilikinya berpeluang besar berkembang.


Awal mulainya, tahun 2010 silam, Nandir mulai merintis usahanya usai pulang dari merantau di Jakarta. Saat itu ia masih terkendala dengan keterbasan modal. Tetapi tekad yang kuat mampu mendirikan industri panci dan kap lampu ini.


“Saya itu merintis usaha benar benar dari nol. Mulai dari saya modal kecil dan saya buat sendiri hingga sekarang sudah lumayan berkembang,” terang Nandir kepada Ekonompedia.com pada Sabtu 24 Agustus 2024.

- Advertisement -


Untuk memproduksi panci dan kap lampu, dirinya mengambil bahan baku alumunium yang dibeli di Surabaya. Harganya Rp140.000 per lembar, dimana dapat menghasilkan 25 panci atau 15 kap lampu. Panci yang diproduksi ukurannya bervariasi. Seperti panci ukuran diameter 16 cm dengan harga jual Rp 9.500, dan panci ukuran diameter 18 cm harga jual Rp 11.500. Sedangkan kap lampu mulai dari harga jual Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per biji.


Namun seiring berjalannya waktu Nandir hanya fokus dalam pembuatan panci. Alasannya, pembuatan kap butuh modal besar. Sementara penjualannya tidak bisa dalam skala kecil karena akan rugi atau tidak balik modal. Selain itu di Bojonegoro bukan pasar yang tepat dalam memasarkan barang ini.


“Jadi mulai tahun 2018 produksi hanya fokus pembuatan panci. Karena kalau kap lampu tidak bisa dijual eceran harus dijual dalam skala besar. Kalau ingin mendapatkan keuntungan, kalau dijual eceran tidak balik modal,” jelasnya ditemui wartawan Ekonomppedia.com, di rumahnya di Desa Sudu, Kecamatan Gayam.


Pasang Surut Produksi Panci
Pasang surut home industri panic yang gelutinya juga pernah mengalami pasang surut. Menurut Nandir, bahwa usahanya mengalami penurunan ketika Covid- 19, pada 2020-2022 silam. Dia mengaku usahanya hampir saja kolaps alias bangkrut. Itu terjadi karena tidak ada permintaan pasar sekaligus tidak dapat menjual produk pancinya.


Namun Nandir tidak patah semangat. Ia selalu optimis dan bekerja keras untuk mempertahankan usahanya. “Pada saat Covid-19 itu masa tersulit saya, karena sama sekali tidak ada pesanan dan tidak bisa melakukan proses pemasaran,” ujarnya mengenang ceritanya.

- Advertisement -


Semangat dan tekad Nandir, rupanya berbuah positif. Dia dapat melewati masa kritis usaha. Sehingga pada akhir tahun 2021 usahanya mulai membaik dan berkembang. Bahkan sekarang usaha panci milik Nandir memiliki 2 mesin pembentukan panci dan 7 tenaga kerja.


Selain itu usaha panci Nandir telah mengusai wilayah Bojonegoro bagian barat, juga di Kabupaten Blora dan Kabupaten Ngawi. Model pemasarannya, dirinya langsung menawarkan panci ke pasar dan menjadi supplayer untuk toko – toko besar.


“Saya tidak menyangka bahwa usahanya saya meningkat. Panci produksi saya sudah mencapai luar kabupaten yaitu di Blora dan Ngawi. Saya juga sering menjadi supplayer untuk toko – toko besar, setiap 2 bulan sekali toko – toko mengambil pesanan satu karung panic. Sedangkan untuk yang di pasar – pasar itu pembeliannya lusinan.” Jelasnya.

- Advertisement -


Dengan terus berkembangnya usaha panci milik Nandir, dia masih punya harapan dan tujuan yang masih belum tercapai. Yaitu mempunyai mesin yang lebih canggih dan besar hingga mampu bersaing dengan pabrik besar perkakas rumah tangga. “ Saya sangat berharap usaha saya ini bisa lebih besar dan memiliki mesin yang lebih canggih sehingga nanti akan menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi,” tandas Nandir menutup ceritanya.


Penulis : Sahra
Editor     : Widiatmiko

- Advertisement -
Share This Article