Rendeng adalah salah satu desa di Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro. Gerabah di Desa Rendeng adalah salah satu warisan peninggalan nenek moyang.
Dulunya kerajinan gerabah masih merajalela dan menjadi sumber mata pencaharian utama bagi warga Desa Rendeng. Namun sekarang permintaan pesanan kerajinan gerabah sudah menurun.
“Dulu 90% warga Desa Rendeng adalah perajin gerabah tapi saat ini jumlah pengrajin turun jadi sekitar 70%” ujar Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Yuli pada Kamis 22 Agustus 2024.
Yuli menambahkan, banyak perajin yang saat ini sudah tidak lagi mengolah gerabah karena memang sudah sepi peminat.
Modernisasi menjadi tantangan sekaligus hambatan bagi para perajin di Desa Malo. Selain karena mereka harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, masyarakat yang sudah tidak lagi menggunakan celangan juga menjadi alasan turunnya jumlah pengrajin di desa ini.
“Sepi peminat mbak, kalau dulu banyak orang yang kesini buat pesen celengan kita. Tapi sekarang masih ada yang mau beli aja udah syukur” ujar Joni salah satu pengrajin gerabah dalam pers rilis yang diterima Ekonompedia pada Jumat 23 Agustus 2024.
Dulunya perajin gerabah Malo sering mengirimkan celengan ke daerah Pati, Jawa Tengah. Tapi sekarang sudah tidak pernah lagi, kerena tengkulaknya sudah meninggal dan tidak ada penerusnya. imbuh Joni.
Jenis Olahan Gerabah
Ada berbagai macam produk hasil karya perajin gerabah di Desa Rendeng. Di antaranya celengan, cobek/layah, ngaron, padasan, pot, dan lain sebagainya. Hal ini karena Desa Rendeng memiliki dataran tinggi yang terdapat dua macam jenis tanah. Yakni tanah putih dan tanah hitam.
Masyarakat desa memanfaatkan tanah putih untuk dibentuk menjadi celengan dan tanah hitam dibentuk menjadi layah atau cobek. “Dulu kita hanya buat beberapa macam alat rumah tangga dan celengan berbentuk hewan berkaki empat aja. Kayak sapi, kambing, dan macan. Tapi sekarang udah banyak bentuknya, ngikutin zaman jadi kita juga buat yang berbentuk kartun” ujar Joni.
“Harga produk yang dijual juga beragam. Mulai dari Rp5000 hingga Rp100.000. Itu semua tergantung dari sulitnya pembuatan dan besarnya celengan,” tambah Joni.
Wisata Edukasi Gerabah
Kerajinan gerabah di Desa Rendeng memang sudah ada dari dulu, tetapi saat ini kerajinan berbahan baku tanah liat ini sudah berkembang menjadi Wisata Edukasi Gerabah (WEG). “Pada tahun 2015 Karangtaruna Desa Rendeng punya inovasi untuk mengembangkan bentuk celangan dari gerabah yang dulunya cuma hewan berkaki empat menjadi bentuk karakter kartun yang disukai anak – anak,” ujar Staf Desa Rendeng, Puji.
Dikatakan Puji, banyak wisatawan yang hadir untuk belajar cara membuat celengan dari gerabah. Sebagian besar pengunjungnya adalah anak-anak sekolah. Mulai PAUD/TK hingga tingkat SMA.
“Dulunya memang kami door to door ke sekolah untuk promosi WEG. Tapi sekarang sudah mulai mengguankan media sosial untuk menjangkau khalayak yang lebih luas,” tambah Puji.
Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro sangat mendukung adanya Wisata Edukasi Gerabah Desa Malo. Tak hanya bantuan modal, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga memberikan pembinaan kepada para pengrajin untuk membentuk kemandirian dagang bagi para pelaku usahanya.
“Gerabah Malo merupakan sumber usaha yang cukup potensial bagi warganya maka dari itu kami memberikan pendampingan dan bantuan dana. Harapannya pada saat itu akan terbentuk kemandirian bagi masyarakatnya” ujar Perwakilan Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Mikro Kabupaten Bojonegoro Sulistyowati.
Dikatakan Sulistyowati sejak tahun 2017 Desa Malo sudah menjadi desa yang mandiri sehingga sudah tidak dilakukan lagi pembinaan lagi.”Sudah jadi desa mandiri,” imbuhnya.
Penulis : Dewi
Editor : Widiatmiko