EKONOMPEDIA.COM-Bank Indonesia (BI) telah merilis proyeksi inflasi yang menarik perhatian banyak pihak. Dalam laporan terbarunya, BI memprediksi bahwa inflasi pada bulan Maret 2024 akan mencapai 2,75 persen secara year-on-year (yoy). Angka ini mengindikasikan kenaikan harga barang dan jasa yang perlu kita perhatikan dengan cermat.
Salah satu faktor yang berkontribusi pada inflasi adalah kenaikan harga pangan. Kondisi ini mempengaruhi indeks harga konsumen secara langsung. Oleh karena itu, pergerakan harga pangan harus diawasi dengan seksama.
Inflasi inti, yang mencakup harga-harga dasar tanpa memperhitungkan komponen volatil seperti pangan dan energi, berada pada level rendah sebesar 1,68 persen (yoy). Sementara itu, inflasi harga yang diatur oleh pemerintah mengalami penurunan menjadi 1,67 persen (yoy). Kedua faktor ini memainkan peran penting dalam mengendalikan inflasi secara keseluruhan.
Inflasi volatile food, yang mencakup komoditas pangan yang harganya fluktuatif, meningkat menjadi 8,47 persen (yoy). El-Nino, faktor musiman, dan pergeseran musim tanam memengaruhi kenaikan harga beras dan cabai merah. Pengelolaan ketat terhadap komoditas ini menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga.
BI memperkirakan inflasi inti pada tahun 2024 akan tetap terkendali sesuai sasaran yang telah ditetapkan. Kapasitas perekonomian yang besar dan respons permintaan domestik akan memainkan peran penting. Selain itu, nilai tukar rupiah yang stabil dan perkembangan digitalisasi juga akan mendukung stabilitas harga.
Dalam menghadapi tantangan inflasi, BI akan terus menguatkan kebijakan moneter pro-stabilitas dan berkoordinasi dengan pemerintah pusat serta daerah. Tujuannya adalah memastikan bahwa inflasi tetap berada di kisaran 2,5 plus minus satu persen sesuai dengan target yang telah ditetapkan.