EKONOMPEDIA.COM-Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot terpantau bergerak di kisaran Rp 15.990 hingga Rp 16.005 pada Kamis (23/5) pagi ini. Rupiah relatif stabil di level tersebut, meskipun masih dibayangi oleh sentimen kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Amerika (The Fed).
Menurut data Bloomberg, pada pukul 09:15 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp 16.003 per dolar AS. Angka ini sedikit lebih kuat dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya, yaitu Rp 15.995 per dolar AS.
Pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Kebijakan suku bunga BI: BI baru saja mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22 Mei 2024, di mana suku bunga acuan BI (BI 7 Days Reverse Repo Rate) dipertahankan di level 6,25%. Keputusan ini sedikit mengejutkan pasar, karena beberapa analis memprediksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga untuk merespons inflasi yang tinggi.
- Kebijakan suku bunga The Fed: The Fed dijadwalkan untuk mengumumkan hasil pertemuan FOMC pada 10-11 Juni 2024. Investor global dan domestik akan mencermati apakah The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya untuk menekan inflasi di Amerika Serikat. Kenaikan suku bunga The Fed dapat memicu aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menekan nilai tukar rupiah.
- Data ekonomi: Data ekonomi domestik dan global yang dirilis baru-baru ini juga turut memengaruhi pergerakan rupiah. Data yang positif dapat meningkatkan sentimen investor dan menguatkan rupiah, sedangkan data yang negatif dapat melemahkan rupiah.
Analis memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif dalam beberapa hari ke depan, di kisaran Rp 15.900 hingga Rp 16.100 per dolar AS. Pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada sentimen global, terutama terkait dengan kebijakan suku bunga The Fed.
Pemerintah dan BI terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga stabilitas rupiah, di antaranya:
- Meningkatkan ekspor: Pemerintah mendorong peningkatan ekspor non-migas untuk meningkatkan pendapatan negara dalam devisa dolar AS.
- Menarik investasi asing: Pemerintah dan BI berupaya menarik investasi asing dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
- Menjaga inflasi: BI terus berupaya menjaga inflasi agar tetap dalam kisaran sasaran.
- Memantau pergerakan pasar: BI terus memantau pergerakan pasar valuta asing dan mengambil langkah-langkah intervensi jika diperlukan.
Masyarakat juga dapat berperan dalam menjaga stabilitas rupiah dengan:
- Menggunakan produk dalam negeri: Masyarakat diimbau untuk menggunakan produk-produk dalam negeri daripada produk impor.
- Menabung dan berinvestasi: Masyarakat diimbau untuk menabung dan berinvestasi dalam bentuk rupiah.
- Menjaga devisa negara: Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan transaksi valuta asing yang tidak perlu dan menjaga devisa negara.
Dengan menjaga stabilitas rupiah, diharapkan perekonomian Indonesia dapat tumbuh lebih stabil dan berkelanjutan.