EKONOMPEDIA.COM– Mata uang Yen Jepang mengalami anjlok drastis ke level terendah dalam 32 tahun terakhir terhadap Dolar AS pada hari ini, [tanggal], dipicu oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kebijakan moneter yang berbeda: Bank Sentral Jepang (BoJ) mempertahankan kebijakan suku bunga rendahnya, sementara Bank Sentral Amerika (The Fed) menaikkan suku bunga secara agresif. Hal ini menyebabkan perbedaan imbal hasil yang signifikan antara aset berdenominasi Yen dan Dolar AS, sehingga mendorong investor untuk menjual Yen dan membeli Dolar AS.
- Perekonomian Jepang yang stagnan: Perekonomian Jepang telah mengalami stagnasi selama bertahun-tahun, dan tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Hal ini membuat investor pesimis terhadap prospek Yen di masa depan.
- Ketidakpastian geopolitik: Meningkatnya ketegangan geopolitik di seluruh dunia, terutama akibat perang di Ukraina, mendorong investor untuk mencari aset safe haven seperti Dolar AS.
Anjloknya Yen menimbulkan kekhawatiran bagi para investor dan pelaku bisnis di Jepang. Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan:
- Harga impor semakin mahal: Impor barang dan jasa dari luar negeri akan menjadi lebih mahal bagi Jepang, karena Yen yang lemah membuat mereka harus membayar lebih banyak Dolar AS.
- Tekanan inflasi meningkat: Biaya impor yang lebih tinggi dapat mendorong inflasi di Jepang, yang sudah mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.
- Saham eksportir Jepang tertekan: Saham perusahaan Jepang yang berorientasi ekspor kemungkinan akan mengalami tekanan karena nilai Yen yang lemah membuat pendapatan mereka dalam Yen lebih rendah ketika dikonversi ke Dolar AS.
Pemerintah Jepang dan BoJ sedang memantau situasi dengan cermat dan mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menstabilkan Yen. Namun, para analis memperingatkan bahwa nilai Yen kemungkinan akan tetap lemah dalam waktu dekat karena faktor-faktor fundamental yang mendasarinya belum berubah.