Harga ternak di Kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan drastis akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kian meluas. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro memutuskan menutup sementara seluruh pasar hewan ternak di wilayahnya. Keputusan ini menyusul lonjakan jumlah sapi yang terpapar virus PMK.
Harga sapi dewasa ukuran sedang, yang jika kondisinya normal berada di kisaran Rp18 juta hingga Rp20 juta per ekor, kini turun di angka Rp15 juta per ekor. Penurunan harga sapi, dampak dari bawah PMK yang kini merambah tak hanya di Bojonegoro saja, tetapi juga beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur.
Berdasarkan data Pemkab Bojonegoro, sebanyak 465 ekor sapi terindikasi terinfeksi PMK. Jumlah tersebut melonjak signifikan dibandingkan pekan sebelumnya yang mencatat 280 kasus.
“Dinas Peternakan akan melakukan penutupan sementara transaksi jual beli hewan ternak mulai 22 Januari 2025 hingga 4 Februari 2025,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ternak Disnakan Bojonegoro, Lutfi Nurrohman, pada Selasa, 21 Januari 2025.
Penutupan pasar hewan sementara ini mengacu pada Surat Menteri Pertanian Nomor B-03/PK.320/M/01/2025 tentang Kewaspadaan Dini Peningkatan Kasus Penyakit Menular Strategis (PHMS) dan surat Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro Nomor 542/1304/412.222/2024 mengenai Laporan Kejadian Kasus PMK.
Empat pasar hewan yang akan ditutup meliputi: Pasar hewan di Kecamatan Sumberejo, Pasar hewan di Kecamatan Balen, Pasar hewan di Kecamatan Baureno dan Pasar hewan di Kecamatan Padangan.
Langkah ini bertujuan untuk memutus rantai penularan PMK yang dapat menyebar melalui hewan maupun media pembawa lainnya. Lutfi menjelaskan bahwa pihaknya juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh pasar hewan dan beberapa lokasi ternak di Bojonegoro.
Sementara itu, dampak dari penutupan pasar hewan berimbas signifikan terhadap aktivitas perdagangan. Suasana di Pasar Wage, Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan, tampak sepi. Biasanya, pasar ini ramai dengan pedagang ternak dari Kecamatan Kasiman, Padangan, Ngraho, Purwosari, hingga pedagang dari Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
“Biasanya pasar ramai dengan jual beli kambing, sapi, bahkan kerbau. Tapi, gara-gara wabah PMK, jadi sepi,” keluh Soleh, seorang pedagang ternak di Padangan, Selasa, 21 Januari 2025.
Soleh berharap wabah ini segera teratasi agar kondisi peternakan di Bojonegoro kembali normal. Penurunan aktivitas perdagangan ternak telah menyebabkan kerugian besar bagi peternak dan pedagang.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro berupaya meminimalkan dampak wabah dengan melakukan vaksinasi pada hewan yang sehat dan pengawasan ketat terhadap distribusi ternak. Lutfi Nurrohman menegaskan bahwa langkah-langkah preventif ini dilakukan demi melindungi populasi ternak yang ada serta mendukung pemulihan ekonomi para peternak.
Dengan penutupan pasar hewan sementara, diharapkan penyebaran PMK dapat diminimalkan, sehingga perdagangan ternak di Bojonegoro bisa kembali pulih dan stabil dalam waktu dekat.
Lihat juga:
– Dampak Wabah PMK: Harga Sapi di Bojonegoro Turun Signifikan
– Polisi Kanor dan Tim Gabungan Sosialisasi Pencegahan PMK pada Sapi
Penulis : Widiatmiko