EKONOMPEDIA.COM– PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) dikabarkan bakal memangkas jumlah pekerja secara signifikan. Ini menambah deret perusahaan tekstil yang rontok. Berdasarkan catatan Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), sebanyak 6 pabrik tutup per awal Juni 2024 yang terdiri dari PT S Dupantex di Jawa Tengah (700 pekerja PHK), PT Alenatex di Jawa Barat (700 pekerja PHK), PT Kusumahadi Santosa di Jawa Tengah (500 pekerja PHK), PT Kusumaputra Santosa di Jawa Tengah (400 pekerja PHK). Kemudian, PT Pamor Spinning Mills di Jawa Tengah (PHK 700 orang) dan PT Sai Apparel di Jawa Tengah (PHK 8.000 orang).
Sritex (SRIL) akan tetap melakukan pengurangan karyawan (PHK) secara berkala hingga 2025. Manajemen Sritex mengungkapkan, sebagai salah satu upaya SRIL dalam meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya produksi, SRIL melakukan beberapa langkah salah satunya pengurangan karyawan.
Kondisi ini melanjutkan keterpurukan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang satu per satu berguguran sejak 2022. Bahkan, per kuartal Juni 2024 tercatat kurang lebih 13.800 buruh tekstil di PHK dengan alasan efisiensi hingga penutupan pabrik.
Namun, meski situasi ini tampak suram, kita harus melihatnya sebagai sebuah tantangan. Industri tekstil adalah salah satu pilar ekonomi kita, dan kita harus berjuang untuk menjaganya. Kita harus mencari solusi untuk masalah ini, baik dari sisi pemerintah, perusahaan, maupun pekerja.
Bagi pemerintah, ini adalah waktu yang tepat untuk merumuskan kebijakan yang dapat membantu industri tekstil kita. Bagi perusahaan, ini adalah waktu untuk berinovasi dan mencari cara baru untuk bertahan. Dan bagi pekerja, ini adalah waktu untuk bersatu dan berjuang untuk hak-hak mereka.
Dengan demikian, meski berita ini tampak menyedihkan, kita harus melihatnya sebagai sebuah tantangan. Kita harus berjuang bersama untuk industri tekstil kita, karena pada akhirnya, yang terpenting adalah kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi kita.