Ekonompedia.com – Sebagai negara dengan potensi geotermal terbesar di dunia, Indonesia berada di ambang revolusi energi yang signifikan. PT Pertamina New Renewable Energy (NRE) telah menetapkan target ambisius untuk menjadi pemimpin geotermal di Tanah Air, dengan rencana untuk meningkatkan kapasitas terpasang listrik panas bumi dari 672 megawatt (MW) pada tahun 2023 menjadi 792 MW pada tahun 2024, dan akhirnya mencapai 1.707 MW pada tahun 2030. Ini merupakan langkah besar dalam upaya nasional untuk transisi ke energi baru terbarukan (EBT).
Kapal EBT, sebagai bagian dari inisiatif ini, juga mendapatkan sorotan. Pengembangan teknologi kapal yang ditenagai oleh energi bersih menjanjikan pengurangan emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Ini bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, tetapi juga tentang efisiensi dan inovasi dalam industri maritim.
Di sisi lain, prospek kripto di Indonesia terus menunjukkan dinamika yang menarik. Meskipun pasar kripto global mengalami pasang surut, Indonesia telah menunjukkan ketertarikan yang meningkat terhadap aset digital ini. Dengan regulasi yang tepat dan edukasi yang memadai, kripto dapat menjadi bagian dari ekosistem keuangan yang lebih luas, memberikan peluang investasi baru dan memperkuat inklusi finansial.
Ketiga elemen ini, geotermal, kapal EBT, dan kripto tidak hanya menandakan kemajuan teknologi, tetapi juga komitmen Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan. Dengan fokus pada inovasi dan keberlanjutan, Indonesia tidak hanya meningkatkan ketahanan energinya tetapi juga membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau dan inklusif.