EKONOMPEDIA.COM– Pasar saham Asia tengah bergulat di zona merah, dan Bursa Saham Indonesia (IHSG) tidak terkecuali. IHSG ditutup melemah pada perdagangan Senin awal pekan ini, di tengah bayang-bayang sinyal negatif terkait kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yang bisa memicu resesi.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,38% ke posisi 7.016,055. Meski melemah, tetapi IHSG masih mampu bertahan di zona psikologis 7.000. Pada awal perdagangan sesi I, IHSG sempat dibuka menghijau dan menyentuh zona tertinggi intraday-nya di 7.070,519. Namun selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan hari ini.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 12 triliun dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 249 saham menguat, 262 saham melemah, dan 173 saham stagnan.
Sayangnya, IHSG terkoreksi di saat bursa Asia-Pasifik sedang menghijau pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang melonjak 1,43%, Hang Seng Hong Kong melejit 2,35%, Shanghai Composite China melesat 0,88%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,81%, ASX 200 Australia melompat 1,94%, dan KOSPI Korea Selatan melaju 1,49%.
Koreksi IHSG pada hari ini terjadi saat bursa AS, Wall Street kembali cerah pada perdagangan akhir pekan lalu. Pada Jumat lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 2,68%, S&P 500 melompat 3,06%, dan Nasdaq melejit 3,34%.
Meski pelaku pasar global cenderung optimis pada hari ini, tetapi tak sedikit yang masih khawatir bahwa ekonomi saat ini akan terus membebani pasar. Tingkat inflasi yang tinggi masih menjadi risiko terbesar atas aset keuangan.
Pasar saham Indonesia dan Asia tengah bergulat di zona merah. Situasi ini menunjukkan bahwa pasar saham global masih dipenuhi dengan ketidakpastian. Diperlukan kebijakan yang tepat dan efektif untuk mengatasi tantangan ini dan membawa pasar saham kembali ke jalur yang positif.