Musim Panen, Harga Garam Belum Ramah bagi Petani Garam di Rembang

By Redaksi
4 Min Read
Petani garam Desa Dasun, Rembang sedang memanen garam di petak tambak garam
Petani garam di Desa Dadun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.Foto: Arif/Ekonompedia.com
- Advertisement -

Harga garam di tingkat petani di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dan sekitarnya berada di kisaran Rp550 hingga Rp650 per kilogramnya. Harga garam ini masih jauh dari standar di tingkat petani di kisaran Rp1.000 per kilogramnya.

Salah satu desa penghasil garam, yaitu Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, sedang puncaknya panen garam. Garam dari desa berjarak 12 kilometer di sebelah timur Kota Rembang ini, harganya juga belum sesuai standar. “Harganya di kisaran Rp 500 hingga Rp 600 perkilogram,” ujarnya Yono, petani garam di Desa Dasun, pada Ekonompedia, Senin 2 September 2024.

Dikatakan Yono, dengan harga rata-rata Rp600 per kilogramnya, belum bisa menutupi biaya produksi. Yaitu mulai dari biaya modal awal, terutama untuk tenaga. Seperti mengolah tanah, membuat petak-petak dan saluran air dari laut, yang membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan. Biaya produksinya jika dihitung berada di kisaran Rp25 juta.

“Jadi, jika harga garam di kisaran Rp600 per kilogramnya, masih pok-pek (pas-pasan),” ujarnya Yono, di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Rembang.

Proses pembuatan garam, akan berlangsung selama musim kemarau, di kisaran 4-5 bulan. Tanah yang sudah diolah dan dibuat petak-petak, tinggal menunggu proses terjadinya garam. Jika, matahari terik dan panas, butiran garam akan cepat terbentuk. Biasanya membutuhkan waktu antara 3-4 hari lamanya.

- Advertisement -

Garam dengan Alas Geomembrane

Para petani garam di Kabupaten Rembang, sebagian kini telah menggunakan geomembrane. Yaitu lapisan plastik yang diletakkan di atas tanah. Inovasi ini telah digunakan 3-4 tahun belakangan. Pemilihan geomembrane sebagai alas tambak garam dinilai mampu untuk meningkatkan kualitas. Garam yang baru dipanen jika menggunakan cara ini, kristalnya bisa putih, bersih.

Di antaranya ratusan petani garam di Kecamatan Lasem, pemanfaatan geomembrane juga dilakukan di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Rembang. Namun, untuk penggunaan geomebrane ini, petani butuh tambahan modal. Terutama untuk pembelian geomembrane tersebut yang relatif menguras saku petani.

Menurut Kepala Desa Dasun, Sujarwo, dari sekitar 80 hektar lahan garam di desanya yang menggunakan alas geomembrane kurang dari separonya, sisanya masih beralaskan tanah. Persoalannya yaitu karena harga geomembrane. ”Ya memang kalau untuk hasil garam dengan geomembrane bagus. Garam bisa putih,” tegasnya.

Dia berharap, di waktu mendatang, petani garam di desanya akan meningkatkan kualitas. Baik produksinya maupun garamnya. Karena hal itu berdampak pada harga jual garam.

Manfaat Penggunaan Geomembrane sebagai Alas Tambak Garam

  1. Mencegah Terjadinya Pencemaran
    Geomembrane terbuat dari bahan HDPE (High Density Polyethylene), merupakan bahan dengan daya tahan tinggi yang memungkinkan untuk menahan tanah tambak sehingga tidak merembes ke dalam air laut yang akan diolah menjadi garam.
    Teknik pencegahan pencemaran dengan alas sangat berpengaruh terhadap garam yang dihasilkan nantinya. Semakin bersih air yang diolah menjadi garam, maka semakin baik garam yang akan dihasilkan serta berkualitas.
  2. Meningkatkan Produktivitas
    Garam dikenal sangat mudah menyerap dan menyatu dengan partikel tanah. Untuk itu, penggunaan geomembrane sebagai alas tambak garam dinilai sangat baik dalam mencegah terikatnya kristal garam terhadap tanah tambak, sehingga pemanenan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
  3. Mempercepat Kristalisasi Garam
    Penggunaan geomembrane sebagai alas tambak garam mampu mempercepat kristalisasi air laut, sehingga panen dapat dilakukan lebih cepat. Hal ini karena geomembrane memiliki warna hitam yang diketahui sangat mudah dalam menyerap panas.
- Advertisement -
Share This Article