Ekonompedia.com – Dalam dinamika ekonomi terkini, kita menyaksikan penurunan realisasi investasi di sektor industri manufaktur pada kuartal pertama tahun ini. Subsektor industri antara, atau yang lebih dikenal sebagai midstream, masih belum banyak menarik minat investor. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mengajak para investor untuk menanamkan modal di sektor manufaktur, khususnya pada industri antara yang dinilai masih minim. Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, menekankan bahwa beberapa subsektor pada pohon industri antara masih belum tersedia di Indonesia, sehingga investasi diharapkan dapat difokuskan pada industri pasca pengolahan bahan baku mentah.
Pemerintah telah menyiapkan berbagai insentif fiskal untuk mendorong investasi, termasuk tax holiday, program peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN), hingga harga gas bumi tertentu (HGBT). Investasi di industri antara diharapkan dapat mempermudah pengadaan pasokan bahan baku, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada impor, terutama di tengah konflik Timur Tengah saat ini yang berdampak pada impor bahan baku/penolong sejumlah industri.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, mengungkapkan bahwa penanaman modal sektor manufaktur di Indonesia didominasi oleh investor asing, yang tidak terlepas dari biaya investasi yang tinggi. Menurutnya, sektor manufaktur memiliki permintaan pasar yang besar dan memerlukan adopsi teknologi manufaktur agar mampu bertahan di pasar. Oleh karena itu, investasi di sektor manufaktur, khususnya di negara-negara berkembang, lebih banyak didominasi oleh penanaman modal asing (PMA) karena kebutuhan investasi teknologinya cukup berat.
Investasi yang kuat di sektor midstream tidak hanya akan meningkatkan daya saing industri dalam negeri tetapi juga akan membantu mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan demikian, pemerintah dan para pemangku kepentingan industri harus bekerja sama untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, yang pada akhirnya akan membawa kemakmuran ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia.