EKONOMPEDIA.COM– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan, ambruk hampir 2%. IHSG anjlok dengan koreksi 1,52% di 6.715,12 pada pukul 10.26 WIB dengan nilai transaksi mencapai Rp 5 Triliun. IHSG bahkan sempat terlempar dari level psikologis 6.700 dengan posisi terendahnya di 6.884 pada perdagangan pagi ini.
Penurunan IHSG yang tajam ini disebabkan karena bank sentral AS The Fed mulai agresif menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin (bps). Mayoritas bursa saham global juga anjlok kala itu. Saham-saham bank terutama BMRI dan BBNI yang anjlok lebih dari 1% turut menjadi pemicu robohnya benteng IHSG.
Meski ambruk, nilai transaksi hari ini IHSG bertambah menjadi Rp 16,5 triliun. Sebanyak 476 saham yang terkoreksi, hanya 99 saham yang menguat dan 98 saham yang stagnan. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 199 miliar di pasar reguler pada hari ini.
Asing secara mayoritas melepas saham perbankan besar pada hari ini, sehingga hal tersebut juga menjadi pemberat IHSG. Adapun saham perbankan besar yang dilepas asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Selain melepas saham perbankan besar, asing juga melepas saham e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan saham emiten produsen alat berat pertambangan Grup Astra yakni PT United Tractors Tbk (UNTR).
Situasi ini menjadi perhatian bagi investor dan pelaku pasar modal. Diharapkan ada langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini. IHSG perlu mendapatkan dukungan baik dari pemerintah maupun pelaku pasar agar bisa kembali pulih.