Banjir Impor Keramik Ancam Industri Lokal: Perlukah Proteksi Pemerintah?

By Redaksi
3 Min Read
Banjir Impor Keramik Ancam Industri Lokal: Perlukah Proteksi Pemerintah? (Ilustrasi)
Banjir Impor Keramik Ancam Industri Lokal: Perlukah Proteksi Pemerintah? (Ilustrasi)
- Advertisement -

Ekonompedia.com – Industri keramik lokal terancam gulung tikar akibat gempuran produk impor dari China dan Vietnam. Harga keramik impor yang jauh lebih murah dibandingkan keramik lokal membuat konsumen beralih, sehingga berdampak fatal bagi kelangsungan hidup industri keramik dalam negeri.

Berdasarkan data Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), impor keramik pada tahun 2023 melonjak 30% dibandingkan tahun 2022. Hal ini diperparah dengan maraknya praktik dumping, di mana produk keramik impor dijual dengan harga yang jauh di bawah harga wajar.

“Industri keramik lokal sedang dalam kondisi kritis,” tegas Ketua Umum Asaki, Muhammad Khamid, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/7/2024). “Banjir impor keramik dari China dan Vietnam mengancam kelangsungan hidup industri ini dan berpotensi mengakibatkan hilangnya ribuan pekerjaan.”

Khamid menjelaskan bahwa harga keramik impor bisa 50% hingga 100% lebih murah dibandingkan keramik lokal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti subsidi pemerintah China dan Vietnam untuk industri keramik mereka, biaya produksi yang lebih rendah, dan nilai tukar mata uang yang kompetitif.

- Advertisement -

“Kondisi ini sangat tidak adil bagi industri keramik lokal,” ujar Khamid. “Kita tidak bisa bersaing dengan harga keramik impor yang jauh lebih murah.”

Menanggapi situasi ini, Asaki meminta pemerintah untuk mengambil langkah-langkah protektif untuk melindungi industri keramik lokal. Salah satu langkah yang diusulkan adalah menaikkan bea masuk impor keramik.

“Kami meminta pemerintah untuk menaikkan bea masuk impor keramik menjadi 40%,” kata Khamid. “Hal ini diharapkan dapat membantu menyamakan harga keramik impor dengan keramik lokal dan memberikan ruang bagi industri keramik lokal untuk bersaing.”

Selain menaikkan bea masuk impor, Asaki juga meminta pemerintah untuk memberikan insentif kepada industri keramik lokal, seperti keringanan pajak dan subsidi energi.

“Pemerintah perlu memberikan dukungan kepada industri keramik lokal agar dapat bertahan dan berkembang,” ujar Khamid. “Industri ini memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan menciptakan lapangan pekerjaan.”

- Advertisement -

Namun, usulan Asaki untuk menaikkan bea masuk impor keramik menuai pro dan kontra. Beberapa pihak berpendapat bahwa hal ini dapat memicu inflasi dan membebani konsumen.

Di sisi lain, para pendukung kenaikan bea masuk impor berargumen bahwa hal ini justru akan melindungi industri keramik lokal dan menciptakan lapangan pekerjaan.

Pemerintah perlu mempertimbangkan dengan seksama semua aspek sebelum mengambil keputusan terkait usulan Asaki. Diperlukan solusi yang tepat untuk menyeimbangkan kepentingan industri keramik lokal dengan kepentingan konsumen dan perekonomian nasional secara keseluruhan.

- Advertisement -
- Advertisement -
Share This Article