Australia dan Indonesia Menandatangani Kesepakatan “win-win” dalam Pengembangan Baterai EV

By Ekonompedia 3 Min Read
- Advertisement -

EKONOMPEDIA.COM – Raksasa tambang Australia dan Indonesia telah menandatangani kesepakatan “win-win” dalam pengembangan baterai EV, ujar Sabrin Chowhurdy, kepala analisis komoditas di BMI (Business Monitor International), unit penelitian Fitch Solutions.

Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu dengan mitra Australianya Anthony Albanese pada hari Selasa dalam kunjungan kenegaraannya selama tiga hari di Australia.

Selain komitmen bersama dalam bidang perdamaian dan keamanan regional, kedua negara juga mendiskusikan kerja sama di bidang ekonomi, meliputi kerja sama baterai kendaraan listrik, perpanjangan visa bisnis, dan investasi ekonomi hijau.

Menurut press release pemerintah, kedua negara menyambut baik “kesepakatan bisnis komersial baru antara Australia dan Indonesia pada sektor kesehatan, petambangan, dan ekonomi digital.”

- Advertisement -

“Indonesia memiliki tujuan utama untuk mengembangkan industri manufaktur EV dan mereka membutuhkan litium untuk itu,” ujar Chowdhury.

“Litium dan nikel, bersama-sama, merupakan bagian yang sangat penting dalam pembuatan baterai EV. Jadi pastinya, ini sama-sama menguntungkan,” katanya kepada CNBC pada hari Rabu (5/7).

Ekspor Australia ke Indonesia, sebagai ekonomi terbesar Asia Tenggara, mencapai $14.6 miliar pada tahun 2022. Investasi dua arah pada mineral dan pengolahan mineral antara kedua negara juga telah tumbuh.

Dalam kunjungan tersebut, Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan Australia Barat juga menandatangani sebuah Rencana Aksi yang berjanji untuk membawa kedua belah pihak lebih dekat dan lebih terlibat dalam sektor mineral penting satu sama lain.

“Kemitraan antara Indonesia dan Australia Barat dapat membuka peluang yang sangat besar dalam sektor mineral penting,” ujar Dubes RI untuk Canberra, Siswo Pramono.

- Advertisement -

“Australia akan menjadi pemasok litium dan Indonesia akan menjadi pemasok nikel, keduanya merupakan komponen utama dalam produksi EV,” imbuhnya.

Australia merupakan pemasok litium terbesar dunia. Seperti halnya Indonesia yang juga memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan bertujuan untuk memantapkan dirinya sebagai pemasok utama baterai EV global. Kedua logam tersebut merupakan komponen utama dalam pembuatan baterai EV.

Permintaan nikel “sangat kuat,” sebagaimana nikel digunakan di produksi baterai EV, ujar Chowdhury. “Dalam jangka panjang, tawaran harganya sangat tinggi, tentunya hal ini akan menguntungkan bagi Indonesia,” ujarnya.

- Advertisement -

Mengingat bagaimana Australia juga merupakan produsen utama nikel dan lithium, Chowdhury mengatakan “tidak mungkin” tidak akan ada skenario dimana kedua negara tidak dapat memulai pusat manufaktur mereka sendiri.

Meskipun begitu, ia menekankan akan adanya “peningkatan permintaan” untuk kendaraan listrik dalam dekade mendatang, oleh karena itu akan “banyak ruang” bagi kedua negara untuk berjalan berdampingan dan memenuhi permintaan tersebut.

Selain peningkatan kerja sama dalam pertambangan nikel dan litium, kedua negara juga mengumumkan kolaborasi yang lebih besar dalam bidang iklim dan infrastruktur.

Albanese mengumumkan investasi senilai 50 juta dolar Australia (sekitar 500 miliar rupiah) untuk menarik pembiayaan iklim swasta ke ekonomi terbesar Asia Tenggara.

Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari CNBC. Artikel asli: https://www.cnbc.com/2023/07/05/australia-and-indonesia-have-signed-a-win-win-ev-battery-deal-analyst-says.html

 

- Advertisement -
Share This Article