EKONOMPEDIA.COM-Di tengah gegap gempita program mudik gratis yang diselenggarakan pemerintah dan berbagai entitas swasta, terdapat ironi yang terpampang nyata di terminal-terminal bus. Terminal Bus Jombor di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang biasanya ramai dengan hiruk-pikuk penumpang, kini terlihat lengang. Sebuah pemandangan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Program mudik gratis yang telah sukses menarik minat masyarakat untuk memanfaatkannya, ternyata membawa dampak signifikan bagi para agen tiket bus. Agen tiket PO Bus Madukismo di Terminal Terpadu Pulo Gebang, misalnya, mengalami penurunan jumlah penumpang yang memesan tiket berbayar hingga sekitar 20% dibandingkan lebaran tahun lalu. “Kalau untuk lebaran tahun ini, yang ramai itu dari pagi ada tiket gratis, ada bus sekitar 103 bus. Itu ramai. Ke Jawa semua,” ungkap Purnomo, salah satu agen tiket.
Penurunan ini tentu menjadi perhatian yang serius, mengingat banyak agen yang bergantung hidup dari penjualan tiket tersebut. Meskipun demikian, program mudik gratis memiliki tujuan mulia untuk membantu masyarakat yang ingin berkumpul dengan keluarga tanpa memikirkan beban biaya transportasi.
Kementerian Perhubungan mencatat kenaikan jumlah penumpang mudik gratis dengan moda bus sebesar 21,84% secara tahunan. Ini menunjukkan bahwa program tersebut telah berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi mudik yang terjangkau.
Namun, perlu ada solusi yang inklusif agar tidak merugikan pihak lain. Mungkin, inilah saatnya untuk memikirkan kembali strategi dan mencari titik temu antara program pemerintah dan keberlangsungan usaha para agen tiket. Keseimbangan antara pelayanan publik dan keberlangsungan ekonomi lokal harus terus dijaga agar harmoni antara euforia mudik gratis dan kehidupan para agen tiket dapat tercipta.