EKONOMPEDIA.COM-Para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Maliogoro sebutan lain Lokasi di Jalan Thamrin, Kecamatan Kota Bojonegoro menurun. Kawasan pasar PKL malam yang dibuka hampir tiga tahun silam ini, tak seperti biasanya.
Biasanya kawasan Jalan Thamrin ramai terutama pada malam Minggu atau Minggu malam, Namun, sejak, dua bulan terakhir ini (September hingga pertengahan Oktober), para pelaku usaha, di kawasan jantung Kota Bojonegoro ini, tak seperti biasanya.
Data di Dinas Perdagangan Bojonegoro, jumlah pelaku usaha yang tergabung di Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jalan Thamrin, lebih dari 100. Usahanya juga beragam. Mulai penjualan makanan, (paling banyak) juga hiburan, hingga jasa mainan anak-anak hinga dewasa. Lokasinya berada di sepanjang Jalan Thamrin, membentang dari Selatan ke utara panjang sekitar 1300 meter lebih.
Menurunnya daya beli masyarakat di Jalan Thamrin, memang ada beberapa sebab. Pertama, bahwa lokasi mangkal PKL, belakangan ini menyebar di beberapa titik di Kecamatan Kota Bojonegoro. Seperti di Jalan RA Kartini, kawasan seputar Alun-Alun Kota. Kemudian di Jalan Panglima Sudirman, Jalan Hayam Wuruk, juga di bekas Terminal Rajekwesi di Jetak-Klangon Bojonegoro.
Tapi ada juga yang menyebut, karena menunggu Bupati-Wakil Bupati Bojonegoro hasil Pilkada serentak yang digelar pada 27 November 2024 mendatang. “Mungkin menunggu bupati-wakil bupati baru,” tegas salah seorang pengelola travel di Bojonegoro, Julianto, pada Ekonompedia.com, Jumat 18 Oktober 2024.
Sementara dari pengamatan Ekonompedia.com di Lokasi Jalan Thamrin, terutama hari Senin dan Selasa, kawasan yang kini disulap jadi tempat tongkrongan ini, ini berkurang. Misalnya, lokasi parkiran yang biasanya penuh sesak, kendaraan berkurang tak seperti biasanya. “Parkir sepi,” ujar seorang juru parkir di Lokasi utara, Jalan Thamrin.
Begitu juga dengan para penjual makanan. Jhoni,53, tahun, penjual bakso yang mangkal, tak jauh dari sebuah hotel berbintang di Jalan Thamrin, mengakui omzetnya memang turun. Dia mencontohkan, biasanya dalam satu hari, dirinya bisa menggiling pentol bakso hingga 7-8 kilogram per harinyaa, kini hari-hari ini hanya menggiling pentol bakso di kisaran 5 kilo perharinya. Bakso yang dijual dengan harga pasar, yaitu Rp10.000 per mangkuknya. “Menurun pembelinya,” ujar pria asal Purwodadi, Jawa Tengah ini.
Tapi, pria ini tidak bisa memberikan jawaban, soal kenapa penjualan makanan dan sejenisnya di Jalan Thamrin sepi. Dia menyebut, mungkin karena banyaknya penjual atau memang pembelinya betul-betul sepi. Padahal, saat dibuka pertama kali, dua tahun silam, banyak orang luar datang dan belanja dan berlama-lama di Lokasi Jalan Thamrin. “Foto-foto, duduk-duduk hingga larut malam. Kini mulai sepi,” imbuhnya.
Dia berharap, ke depannya, Jalan Thamrin kembali ramai. Setidaknya setelah Pilkada Bojonegoro selesai dan ada bupati-wakil bupati baru. “Mungkin bisa untuk semangat,” imbuhnya.
Penulis: Widiatmiko