Ekonompedia.com – Dunia dihantui bayang-bayang krisis pangan global. Konflik Rusia-Ukraina, disrupsi rantai pasokan, dan perubahan iklim menjadi dalang di balik situasi mencekam ini. Dampaknya tak pandang bulu, negara maju dan berkembang sama-sama merasakan pil pahitnya.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, tak luput dari ancaman ini. Faktanya, Indonesia mengimpor 100% kebutuhan gandumnya, menjadikannya salah satu negara paling rentan terhadap krisis pangan global.
Tahun 2023, Indonesia mencatat impor gandum mencapai 1,3 juta ton. Angka ini diprediksikan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Hal ini tentu mengkhawatirkan, mengingat gandum merupakan bahan baku utama berbagai makanan pokok di Indonesia, seperti roti, mie, dan kue.
Kenaikan harga gandum global menjadi biang keladi utama melambungnya impor Indonesia. Perang di Ukraina, salah satu eksportir gandum terbesar dunia, menyebabkan pasokan terhambat dan harga meroket.
Di sisi lain, konsumsi gandum di Indonesia terus meningkat. Gaya hidup modern dan perubahan pola makan masyarakat menjadi faktor pendorongnya. Masyarakat Indonesia semakin terbiasa mengonsumsi produk olahan gandum, sehingga kebutuhannya pun kian tinggi.
Jika krisis pangan global tak segera diatasi, Indonesia terancam mengalami berbagai konsekuensi serius. Kenaikan harga bahan pangan pokok dapat memicu inflasi, memperparah kemiskinan, dan menimbulkan kerawanan sosial.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meredam dampak krisis pangan global. Salah satunya adalah dengan menaikkan harga BBM subsidi, yang diharapkan dapat dialihkan untuk subsidi pupuk dan bantuan sosial bagi masyarakat miskin.
Namun, langkah-langkah ini hanyalah solusi jangka pendek. Untuk membebaskan diri dari jeratan krisis pangan global, Indonesia perlu melakukan transformasi sistem pangan secara menyeluruh.
Beberapa langkah strategis yang perlu dipertimbangkan adalah:
- Meningkatkan produksi dalam negeri: Pemerintah perlu fokus pada pengembangan sektor pertanian, terutama padi dan jagung, untuk mengurangi ketergantungan pada impor gandum.
- Diversifikasi pangan: Masyarakat perlu didorong untuk mengonsumsi sumber karbohidrat lain selain gandum, seperti singkong, jagung, dan ubi jalar.
- Memperkuat ketahanan pangan: Pemerintah perlu membangun sistem ketahanan pangan yang kuat, termasuk cadangan pangan nasional yang memadai dan sistem distribusi yang efektif.
Krisis pangan global bukan hanya masalah nasional, tetapi juga masalah global. Diperlukan kerjasama internasional yang erat untuk mengatasinya. Indonesia harus aktif dalam forum-forum internasional dan menjalin kerjasama dengan negara lain untuk memastikan akses yang adil terhadap pangan bagi seluruh umat manusia.
Masa depan pangan Indonesia ada di tangan kita sendiri. Dengan langkah-langkah strategis dan kerjasama yang solid, Indonesia dapat melewati krisis ini dan membangun sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan tahan banting.