EKONOMPEDIA.COM – Tanggal 1 Oktober 2022 kemarin menjadi Sabtu kelam dalam sejarah sepak bola Tanah Air, bahkan dunia. Laga pertandingan Arema FC lawan Persebaya FC yang digelar di stadion Kanjuruhan, Malang menyisakan tragedi pilu.
menurut update terbaru Komnas HAM, Sebanyak 153 orang dinyatakan menjadi korban tewas dalam kerusuhan yang berlangsung setelah pertandingan berakhir,
Polisi sebelumnya telah mengumumkan bahwa 127 orang tewas akibat kerusuhan tersebut. Kerusuhan terjadi setelah pertandingan antara Arema dan Persebaya berakhir dengan skor 2-3 yang dimenangkan oleh Persebaya Surabaya. Sebanyak 125 supporter menjadi korban tewas dan terdapat dua anggota dari pihak kepolisian yang juga dikabarkan tewas juga.
Sebanyak 125 Aremania dikabarkan menjadi korban tewas dalam insiden tersebut. Sementara itu, terdapat dua anggota kepolisian yang juga dikabarkan tewas. Sebagian besar korban meninggal karena mati lemas dan terinjak-injak setelah polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi.
“Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang, dua diantaranya anggota Polri, dan 125 yang meninggal, di stadion ada 34,” kata Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta dikutip dari idxchannel.
Tragedi berdarah ini menambah daftar tragedi sepakbola Indonesia. Selain korban jiwa, dampak ekonomi juga cukup signifikan.
Presiden Joko Widodo pun memerintahkan kepada PSSI menyetop sementara turnamen Liga 1 setelah Tragedi Kanjuruhan ini. Akibat dari dihentikannya liga karena tragedi ini tentu akan berimbas juga pada industri sepak bola nasional. apalagi, Liga 1 Indonesia baru kembali melanjutkan kompetisi setelah sebelumnya dihentikan sementara karena pandemi Covid-19. Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Indonesia, akibat kompetisi yang dihentikan, kerugian diperkirakan antara Rp 2,7 triliun hingga Rp 3 triliun dalam setahun.
Industri sepak bola pun sebenarnya menjadi industri yang besar. Dalam pertandingan kemarin misalnya, Penjualan tiket pertandingan Arema vs Persebaya ini terbagi ke dalam tiga kategori, yakni ekonomi sebanyak 37.980 lembar, VIP 1.880 lembar, VVIP 200 lembar, sedangkan sisanya 1.940 untuk sponsor dan tamu undangan. Adapun harga tiket yakni VVIP Rp 250 Ribu, VIP Rp 150 ribu dan ekonomi Rp 50 ribu.
Secara jumlah tiket yang dijual masih memenuhi kapasitas stadion Kanjuruhan. Jika semua tiket ludes terjual, maka pendapatan yang bisa dikantongi panitia adalah tiket ekonomi Rp 1,9 miliar, VIP Rp 282 juta, dan VVIP Rp 50 juta dengan total pendapatan Rp2,23 miliar. Pendapatan tersebut belum berasal dari sponsor dan partneship yang mungkin diperoleh panitia.
Menurut riset LPEM UI, dampak ekonomi Liga 1 jika menelisik data musim kompetisi 2018-2019 perputaran uang langsung diperkirakan mencapi Rp1,35 triliun. Rinciannya, pada tahun tersebut pengeluaran untuk tiket penonton mencapai Rp171, 82 miliar dengan menarik sekitar 2,86 juta penonton. Pengeluaran penonton untuk transportasi diperkirakan mencapai Rp85,91 miliar, dengan pengeluaran untuk makan minum di angka yang sama.
Sedangkan pengeluaran untuk marchandise dari penggemar mencapai Rp300 miliar. Sementara iklan untuk kompetisi musim tersebut senilai Rp180 miliar, iklan televisi Rp354 miliar dan sponsor klub Rp180 miliar.
Selain itu, kerusakan infrastruktur yang menjadi buntut kerusuhan juga penting diperhitungkan. Stadion Kanjuruhan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini dibangun sejak tahun 1997 silam. Dengan kapasitas yang dapat menampung hingga 42.449 penonton, pembangunan stadion ini menelan biaya hingga Rp 35 miliar.
Kekacauan yang terjadi di Malang tidak hanya berdampak pada perekonomian tetapi juga membuat citra sepak bola Indonesia sudah cukup suram di mata dunia internasional. padahal Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2023, itu hanya tinggal hitungan bulan.
Presiden FIFA Gianni Infantino pun mengutuk insiden yang terjadi di Kanjuruan ini.
“Dunia sepak bola sedang terguncang menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. Ini menjadi hari yang gelap bagi sepak bola, dan sebuah tragedi di luar pemahaman. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga dan teman-teman para korban,” ucap Gianni di laman resmi FIFA.
Hingga saat ini, FIFA belum memberikan pernyataan resmi apakah bakal ada sanksi bagi Indonesia imbas tragedi Kanjuruhan ini.
Sumber : idxchannel