Ekonompedia.com – Harga beras yang terus meroket menjadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia. Salah satu faktor yang memengaruhi kenaikan harga beras adalah kondisi penggilingan padi di Tanah Air. Mari kita telaah lebih mendalam:
- Pasokan Gabah Menurun: Banyak penggilingan padi skala kecil terpaksa gulung tikar dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini terutama terjadi di sentra-sentra beras seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso, menjelaskan bahwa pasokan gabah di tingkat petani merosot. Jumlah padi yang digiling tidak seimbang dengan kapasitas produksi penggilingan, yang jauh melebihi produksi gabah dalam negeri. Saat ini, produksi padi mencapai sekitar 53,63 juta ton gabah kering giling (GKG) per tahun, sementara kapasitas giling dari semua penggilingan gabah di Indonesia mencapai 225 juta ton1.
- Persaingan dengan Penggilingan Bermodal Besar: Penggilingan padi skala kecil juga harus bersaing dengan penggilingan bermodal besar. Produksi gabah dalam negeri sekitar 54 juta ton, sementara kapasitas penggilingan mencapai 225 juta ton. Persaingan ketat dalam memperebutkan gabah menyebabkan banyak penggilingan kecil mengalami kesulitan. Penggilingan bermodal besar, dengan sumber daya yang lebih kuat, dapat mempertahankan pasokan gabah dari petani karena sudah berkontrak1.
- Dampak pada Harga Beras: Kondisi ini berdampak langsung pada harga beras. Rendemen penggilingan padi nasional rata-rata sekitar 50%, sehingga harga beras di konsumen pada umumnya dua kali lipat dari harga gabah di tingkat petani. Kenaikan harga gabah di petani pun berimbas pada harga beras di tingkat konsumen2.
Pemerintah perlu terus memantau dan mengambil langkah strategis untuk mengatasi tantangan ini. Dengan memperhatikan pasokan gabah dan efisiensi penggilingan, kita dapat mengurangi tekanan pada harga beras dan memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat. Semoga informasi ini bermanfaat! 😊
