EKONOMPEDIA.COM-PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengajukan permohonan bantuan pemerintah dalam membayar utang yang terjadi sebagai akibat pembengkakan biaya (cost overrun) pada proyek Kereta Cepat Whoosh. Utang ini diperoleh dari China Development Bank (CBD) dan akan mencapai Rp 79 triliun[.
Sebelumnya, KAI telah menekan utang tersebut dengan memperoleh pinjaman dari China Development Bank (CBD) sebanyak US$ 720 juta atau setara dengan Rp 11,1 triliun[2]. Namun, pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Whoosh mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,6 triliun[.
Para pakar ekonomi menganggap bahwa modal proyek Kereta Cepat Whoosh dapat balik modal sampai 139 tahun[4]. Hal ini menunjukkan bahwa pembengkakan biaya proyek ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi negara.
Dalam hal ini, pemerintah harus melakukan penggalangan yang lebih baik untuk mengurangi pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Whoosh. Hal ini akan membantu dalam mengurangi utang yang terjadi dan memastikan bahwa proyek ini dapat berjalan dengan efisiensi tinggi
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa proyek Kereta Cepat Whoosh dapat meningkatkan ekonomi lokal dan membangun infrastruktur yang lebih baik. Hal ini akan membantu dalam mengurangi kemiskinan masyarakat dan membangun ekonomi yang lebih mandiri dan sejahtera.
Kesimpulannya, KAI mengajukan permohonan bantuan pemerintah dalam membayar utang yang terjadi sebagai akibat pembengkakan biaya pada proyek Kereta Cepat Whoosh. Dalam hal ini, pemerintah harus melakukan penggalangan yang lebih baik untuk mengurangi pembengkakan biaya proyek ini dan memastikan bahwa proyek ini dapat berjalan dengan efisiensi tinggi. Hal ini akan membantu dalam mengurangi utang yang terjadi dan membangun infrastruktur yang lebih baik.