Jajan serabi atau surabi, atau srabeh, sudah dikenal puluhan tahun silam. Tidak ada referensi yang pasti, dimana, kapan dan berasal darimana kue berbentuk bundar dan pipih itu dibuat pertama kali.
Jajan serabi, mudah ditemukan di beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Bojonegoro, atau di Blora—dua kabupaten yang dibatasi Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah ini, tentu mudah mendapatkan jajanan ini.
Di Bojonegoro misalnya, penjual jajan serabi, bisa ditemukan dari pagi atau pada sore hingga malam hari. Jajan dengan bahan baku utama tepung beras, santan, garam dan juga kadang ditambah gula ini, dijual di beberapa tempat.
Jika pagi hari datang, puluhan penjual serabi ditemukan di Kecamatan Kota Bojonegoro. Seperti di Jalan Diponegoro, Jalan Pattimura, Jalan Setia Budi, Jalan Rajawali, di lingkungan Pasar Besar, sekitar Pasar Banjarejo, di Banjarsari, Kecamatan Trucuk dan beberapa tempat di kota ini.
Sedangkan pada malam hari penjual jajan serabi juga mudah ditemukan. Seperti di Jalan MH Thamrin, atau di kawasan jajanan di Jalan Kartini atau dekat SMPN 5 Bojonegoro, Jalan Jaksa Agung Suprapto hingga di Desa/Kecamatan Trucuk.
Harga yang ditawarkan juga ramah untuk kantong. Mulai dari Rp4000 per porsi (berisi dua), hingga Rp8000 per porsi. Harga biasanya tergantung dengan ukuran besar-kecilnya takaran srabi yang dibuat. Satu porsi serabi, biasanya dicampur dengan kelapa parut, juga sambal kacang kedelai yang beragam rasa. Ada yang pedas, gurih dan manis.
Penjual serabi di Desa Trucuk, Bu Siti, mengatakan, srabi yang dibuatnya seperti yang lainnya. Yaitu tepung beras, santan, garam juga campuran rempah lainnya. Intinya bagaimana srabi yang dibuat bisa gurih, empuh dan enak. Kemudian, juga sambal kacang kedelai, perlu campuran bumbunya. Pedas tapi tidak menyengat. “Ya, nyatanya, pelanggan pada datang,” ujarnya pada Ekonompedia.com, Rabu, 18 September 2024.
Bu Siti menyebutkan, sehari, bahan baku yang dibuat tidak terlalu banyak. Adonannya di kisaran 4-5 kilogram yang sudah menghasilkan sekitar 100 biji srabi. Selain srabi, ada juga ketan, getuk dan jajanan lainnya.”Pokoknya jajan khas rakyat,” tandasnya.
Festival Serabi Bojonegoro
Festival srabi pernah digelar ketika Suyoto menjadi Bupati Bojonegoro periode 2008-2013 dan 2013-2018. Festival serabi digelar di Alun-Alun Kota Bojonegoro yang diikuti lebih dari 80 penjual.
Penyelenggara Festival serabi ketika itu Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro. Festival lebih mengedepankan pemberdayaan pedagang menengah ke bawah. Pada penjual serabi yang sebagian pedagang kaki lima ini diberi pembinaan di bawah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sedangkan anggota UMKM di Bojonegoro tahun 2023 sebanyak 91.390 usaha, dengan rincian, 81.251 usaha mikro, 9.155 usaha kecil, dan usaha menengah.
Festival jajan serabi tersebut masih membekas para penjual serabi. Misalnya getuk dan serabi Mbah Rasiyah atau Mak Yah, di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk. Usai Mak Yah meninggal dunia, usaha ini diteruskan salah seorang anaknya, bernama Jumiati. “Dulu memang ada Festival serabi dan getuk. Waktu itu Mak Yah, juara dua se-Bojonegoro,” tegas Jumiati mengenang kegiatan tersebut beberapa tahun silam.
Kini, warung yang berlokasi di sebelah utara Jembatan Kali Ketek itu, yang menyediakan serabi, getuk dan jajanan lainnya diteruskan anak-anak Mak Yah.
Berbagai Jenis Serabi
Serabi Solo
Serabi Solo terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis. Biasanya disajikan dengan taburan gula pasir, kelapa parut, atau meses. Serabi Solo sering dijumpai di pasar tradisional atau penjual keliling di kota Solo.
Surabi Bandung
Surabi Bandung memiliki ciri khas bentuknya yang tebal dan berpori. Rasanya bisa manis atau asin, dan sering ditambahkan toping seperti oncom, telur, atau kol. Surabi Bandung biasanya disajikan panas-panas dengan kuah kinca.
Serabi Kucur
Serabi Kucur memiliki warna hijau yang menarik karena ditambahkan pasta pandan. Teksturnya lembut dan berlubang-lubang. Disajikan dengan siraman kuah gula merah yang manis.
Serabi Kalibeluk
Serabi Kalibeluk berasal dari Batang, Jawa Tengah. Teksturnya lebih padat dan tebal dibandingkan serabi lainnya. Rasanya bisa manis atau asin, dan sering disajikan dengan kuah kinca.
Serabi Notosuman
Serabi Notosuman merupakan salah satu jenis serabi yang paling populer di Solo. Teksturnya lembut dan berpori, serta memiliki rasa yang manis. Sering ditambahkan toping seperti keju, cokelat, atau pisang.
Penulis: Widiatmiko