EKONOMPEDIA.COM-Indonesia menghadapi perubahan signifikan dalam harga beras. Berdasarkan laporan Asian Development Outlook (ADO) April 2024 yang dirilis oleh Asian Development Bank (ADB), tingkat inflasi di Asia-Pasifik diprediksi akan turun, namun harga beras masih menjadi perhatian utama.
Mari kita telaah lebih mendalam tentang perubahan ini:
- Penurunan Harga Gabah: Guru Besar IPB University, Dwi Andreas Santosa, mengungkapkan bahwa harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan. Di beberapa wilayah di Jawa Timur dan Jawa Barat, harga gabah telah turun dalam 10 hari terakhir. Misalnya, di Jawa Timur, harga gabah turun dari Rp8.200 per kilogram menjadi sekitar Rp7.000 – Rp7.200 per kilogram. Di Jawa Barat, meskipun tidak signifikan, harga gabah juga mengalami penurunan.
- Dampak pada Harga Beras: Adanya tren penurunan harga gabah berpeluang membuat harga beras di masyarakat melandai. Dwi Andreas memprediksi bahwa rata-rata harga beras akan turun hingga puncak panen raya pada April 2024, mencapai kisaran Rp14.500 – Rp14.700 per kilogram. Meskipun harga beras saat panen raya tetap lebih tinggi dari tahun sebelumnya, perubahan ini memberikan harapan bagi konsumen.
- Kekhawatiran Petani: Meskipun harga gabah turun, para petani khawatir akan merugi karena biaya produksi mereka yang tinggi. Biaya produksi saat ini mencapai Rp6.000 per kilogram GKP. Pemerintah perlu mengendalikan impor beras selama periode panen raya agar harga gabah petani tetap terjaga. Pemerintah telah menetapkan kuota impor beras sebanyak 3,6 juta ton untuk tahun 2024.
Pencabutan aturan ini merupakan langkah maju yang memperkuat hak-hak PMI dan memperbaiki regulasi terkait impor barang kiriman.Pencabutan aturan ini merupakan langkah maju yang memperkuat hak-hak PMI dan memperbaiki regulasi terkait impor barang kiriman.Semangat kemudahan impor sesuai ketentuan Permendag No. 20/2021 jo. No. 25/2022 kembali ditegaskan.