EKONOMPEDIA.COM-Di tengah dinamika ekonomi global yang semakin tidak menentu, Indonesia tetap berusaha menjaga optimisme. Meski terjadi pelemahan ekonomi global, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan terus berupaya menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pada Februari 2024, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tercatat Rp400,36 triliun atau telah mencapai 14,30 persen dari target pada APBN 2024. Secara nominal, realisasi komponen Pendapatan Negara yang bersumber dari penerimaan Perpajakan mencapai Rp320,51 triliun. Meski demikian, kinerja perpajakan masih dipengaruhi oleh faktor volatilitas harga komoditas dengan kecenderungan menurun dan dampak peningkatan restitusi pada penerimaan pajak.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa realisasi penerimaan pajak hingga Mei 2023 mencapai Rp 839,29 triliun, tumbuh 17,7 persen secara tahunan. Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan April yang mencapai 21,3 persen. Perlambatan ini salah satunya disebabkan oleh realisasi pertumbuhan pendapatan tahun lalu yang tinggi, atau biasa disebut high base effect.
Selain itu, dampak dari pelemahan ekonomi global juga telah dirasakan oleh penerimaan pajak nasional. Hal ini terefleksikan dari data yang menunjukkan, sebagian jenis pajak dominan yang tumbuh melambat. Misalnya, PPN impor yang berkontribusi 12,6 persen terhadap pendapatan perpajakan tercatat hanya tumbuh 4,4 persen.
Namun, di tengah tantangan tersebut, beberapa jenis pajak lain masih mencatat pertumbuhan double digit, seperti PPh 21 yang tumbuh 16,7 persen sampai dengan Mei lalu. Ini menunjukkan bahwa sektor tenaga kerja masih normal dan tingkat upahnya relatif baik, stabil, dan bahkan meningkat.
Dengan demikian, meski terdapat dampak pelemahan ekonomi global, pemerintah Indonesia tetap berupaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Optimisme ini didukung oleh kebijakan fiskal yang tepat dan responsif terhadap dinamika ekonomi global.
