Warga di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur bahu membahu membangun kemandirian ekonomi. Mereka saling memberi masukan mengenai potensi desa masing-masing. Terdiri dari 12 desa berkolaborasi membangun fondasi ekonomi desa.

Selama dua bulan terakhir ini mereka telah melakukan diskusi terfokus, survey, dan penggalian data. Kegiatan yang difasilitasi Lestari Muda Indonesia ini fokus merumuskan potensi desa dan cara pengembangannya. Mereka juga menentukan peta jalan dan potensi pendanaannya. Semua rangkaian ini dikemas dalam Program Peningkatan Kapasitas Perencanaan dan Pengembangan Potensi Desa di 12 desa wilayah Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Berdasarkan diskusi dan observasi, beragam potensi akan dikembangkan. Satu di antaranya genteng dari Desa Sudu. Menurut Sekretaris Desa Sudu, Ispamilih, produk genteng Desa Sudu sempat diproduksi besar-besaran karena kualitasnya diakui sangat baik.

“Dulu, genteng dari desa kami adalah salah satu yang terbaik di seluruh Bojonegoro,” ujar Ismapilih, dalam sebuah diskusi di Bojonegoro pada Minggu (17/8/2025).

Dia menjelaskan bahwa produksi besar-besaran sempat terhenti karena kesulitan mendapatkan kayu untuk pembakaran. Namun, dengan semangat kolaborasi, warga sepakat untuk kembali menghidupkan warisan ini.

Lima potensi prioritas Desa Sudu yang akan dikembangkan adalah wisata edukasi genteng, peternakan ayam KUB, pengelolaan air Bengawan Solo, pertanian jagung, dan tradisi sedekah bumi.

Warga desa Sudu akan berkolaborasi dengan Desa Beged. Di sana, warga berkomitmen untuk melestarikan seni ketoprak yang unik. Ketua Tim Pengelola Inovasi Desa Beged, Putri Nur A.M., mengungkapkan, pertunjukan seni ketoprak Desa Beged sedang berkembang. “Seni ketoprak digemari lintas generasi, mulai dari remaja hingga orang tua, dan menarik partisipasi perempuan di bagian musik maupun kru,” ucapnya.

Selain ketoprak, Desa Beged juga akan fokus pada potensi pendukungnya yaitu produk makanan ringan ledre, keripik, dan kerajinan menjahit yang bisa jadi oleh-oleh khas Bojonegoro. Selain itu, potensi peternakan kambing juga menjadi sorotan.

Sepuluh desa lainnya juga melakukan hal yang sama dalam forum tersebut. Diskusi antar warga ini tidak hanya menggali potensi, tetapi juga menjadi wadah bagi mereka untuk menyuarakan ide. Termasuk suara dari kelompok marjinal, penyandang disabilitas, dan perempuan, yang merupakan kunci pembangunan inklusif.

Menurut perwakilan EMCL, Ali Mahmud, program ini mendorong agar masyarakat berkolaborasi mensinergikan potensi masing-masing sehingga membentuk ekosistem ekonomi yang solid dari bawah. Pelibatan semua elemen masyarakat dalam perumusan gagasan ini sangat krusial karena inklusivitas menjadi tolok ukur utama dalam penilaian potensi.

“Pembangunan desa harus dirasakan semua orang, tanpa terkecuali,” tegasnya.

Sejauh ini, menurut Ali, pihaknya cukup puas. Dia melihat partisipasi masyarakat cukup kuat. Dalam dua bulan terkahir ini telah dilakukan 17 pertemuan dengan melibatkan lebih dari 500 warga, pemerintah kecamatan dan desa, serta para pemangku kepentingan di masyarakat. Melalui keterlibatan ini, perencanaan-perencanaan yang dibuat diharapkan akan solid dan terlaksana sehingga masyarakat bisa merasakan manfaatnya.

Sementara itu, manajer program Lestari Muda Indonesia, Edi, menjelaskan bahwa hasil dari seluruh rangkaian diskusi ini adalah lima rekomendasi potensi dari masing-masing desa yang akan dijadikan acuan bersama. “Rekomendasi ini bukan sekadar data, melainkan usulan konkret dari warga yang siap melaksanakan,” ucapnya.

Rencana ini, kata Edi, akan menjadi pondasi untuk membangun ekonomi desa yang sekaligus cerminan dari identitas dan kekuatan lokal. Dengan mengedepankan partisipasi aktif masyarakat, kolaborasi ini menunjukkan bahwa solusi terbaik untuk pembangunan datang dari mereka yang paling memahami kebutuhan dan potensi di lingkungannya.

Lestari Muda Indonesia bersama masyarakat Kecamatan Gayam, Bojonegoro, berdiskusi untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi desa-desa di Kecamatan Gayam. Minggu (17/08/2025). Foto: dok. Ekonompedia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *